Indonesia, salah satu negara besar di dunia bulutangkis.
Bakat-bakat belia tidak pernah henti dicetak untuk mencetak sejarah itu sendiri. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa prestasi Indonesia akhir-akhir ini sedang merosot tajam. Tunggal Putra mulai tenggelam, Tunggal Putri pun urung menunjukkan perbaikan. Hanya nomor Ganda yang bisa diandalkan oleh Indonesia.
Hal tersebut pun tidak bisa terlalu dibanggakan. karena harapan juara hanya tertuju kepada nama-nama yang sudah tidak asing. Tontowi/ Lilyana dan Ahsan/ Hendra selalu menjadi tumpuan utama. Bagaimana jika mereka absen? PBSI pun tidak tinggal diam, Tontowi/ Lilyana dipecah dan digabung dengan pasangan muda Praveen/ Debby. Namun, lagi-lagi chemistry yang tidak begitu terlihat membuat mereka kurang bisa bermain bersama.
Nama pasangan Ganda Putri, Greysia/ Nitya mulai meroket setelah memenangi emas Asian Games lalu. Namun, mereka hanya satu. Minimnya pemain pelapis yang setidaknya bisa membantu menjadi masalah Indonesia di berbagai lini.
Axiata Cup menjadi ajang pembuktian para pemain belia untuk mencari pengalaman. Meskipun kalah di final, muncul nama-nama kandidat generasi penerus, seperti Anthony Ginting yang tampil gemilang di babak kualifikasi, Kevin Sanjaya yang sangat energik saat berpasangan dengan juara Olimpiade, Markis Kido, dan satu paket Ganda Campuran, Riky/ Richi yang tidak terkalahkan di turnamen ini.
Nama Riky/ Richi menjadi sorotan. Lima pertandingan yang telah dilakoni, mereka tidak memiliki satu pun noda hitam di catatan pertandingan. Semua lawan berhasil dilibas dengan dua set langsung! Absennya Tiongkok tidak bisa dijadikan penyebab. Bakat dan chemistry yang mereka miliki memang telah menuntun mereka untuk sampai sejauh ini.
Kita nantikan saja, apakah Riky/ Richi bisa menjadi The Next Owi/ Butet dalam beberapa tahun ke depan?