aefanas

God (maybe) Save the Saint

Tidak hanya ratu saja yang diselamatkan.soccer-barclays-premier-league-southampton-v-hull-city-st-marys-2-630x382

Sejak nenek moyang kita masih sebagai pelaut, Inggris setidaknya sudah lebih maju berlangkah-langkah di bawah naungan Impereium Britania. Bukan selangkah, namun jutaan langkah yang rasanya cukup untuk memutari bumi ini. Terlahir bukan sebagai seorang pelaut yang hanya menaklukan ikan-ikan kecil untuk menyambung hidup, Inggris sudah ada di level berbeda dengan menaklukan berpuluh-puluh daratan. Tercatat, tidak kurang dari 94 negara ataupun wilayah yang pernah menjadi negara jajahannya. Termasuk negara yang bernenekmoyangkan pelaut tersebut.

Tahun 1815 sampai 1914 menjadi periode keemasan bagi Inggris dimana mereka mampu menancapkan tongkatnya dilebih dari 26.000.000 km²  luas wilayah. Empat ratus juta penduduk pun juga menjadi bagian dari Imperium tersebut. Hal ini membuat Inggris—yang menjadi negara paling berpengaruh di Britania—mampu memiliki posisi strategis dalam bebagai sektor kehidupan di dunia.

Maka tidak heran jika sekarang ini, kita masih disuguhkan dengan sisa-sisa kehebatan para pendahulu Inggris. Paling mudah dilihat, Bahasa Inggris dijadikan sebagai bahasa Internasional akibat banyaknya bekas negara jajahannya.

Dibalik ketangguhannya, mungkin para penjelajah Inggris tidak bisa lepas dari lagu kebangsaan “God Save the Queen” yang menjadi jimat untuk mengarungi luasnya lautan. Queen atau Ratu di sini menjadi simbol kejayaan sekaligus kebanggan tersendiri bagi rakyat Inggris. Maka tidak heran jika God (Tuhan) turut campur tangan untuk melindungi Ratu dan keluarganya.

**

“God Save the Queen” tidak jarang dikumandangkan dalam sepakbola, terutama karena Inggris bermain. Lagu tersebut juga menjadi pelecut semangat para pemain untuk mengabdi kepada bangsa dan negara untuk menaklukan lawan seperti para pendahulunya.

 Namun sikap berbeda di ambil oleh Wayne Rooney dengan menyebut Tuhan tidak hanya menjadi juru selamat bagi Ratu saja. “Alasan sederhananya adalah saya tidak setuju dengan national anthem (Inggris). Kenapa hanya Tuhan yang menjadi juru selamat Ratu? Bagaimana dengan orang lain? Kita ini terlahir sama. Tuhan ingin menyelamatkan siapa yang dia inginkan” ujar Rooney.

Rooney pun diketahui tidak pernah menyanyikan lagu kebangsaan dari awal karirnya bersama Inggris. Gary Neville yang juga saat itu menjadi salah satu staff pelatih Inggris tidak terlalu mempermasalahkannya karena memang tidak berpengaruh ke performa Rooney di lapangan.

Mungkin benar adanya pernyataan Rooney beberapa tahun silam. Kenapa hanya Ratu saja yang diselamatkan? Mungkin pertanyaan tersebut sudah mulai tenggelam karena sepertinya Tuhan ingin menyelamatkan orang lain selain Ratu, yaitu sekumpulan orang bernama The Saint. Ya, “God (maybe) Save the Saint”

The Saint atau biasa dikenal sebagai Southampton Footbal Club musim ini menjadi kejutan tersendiri bagi dunia sepakbola Inggris. Hingga pekan ke-12 Premier League, Southampton mampu menduduki peringkat kedua dengan koleksi 26 poin, tertinggal enam angka dari Chelsea, mampu mencetak delapan gol tanpa balas saat menghajar Sunderland dan menjadi tim dengan pertahanan terbaik.

Sebenarnya, Southampton diperkirakan akan mengalami dekadensi musim ini mengingat terjadinya eksodus besar-besaran. Tercatat ada  lima pemain telah meninggalkan St Mary Stadium, mulai dari Rickie Lambert, Luke Shaw, Adam Lallana, Calum Chambers hingga Dejan Lovren. Bahkan pelatih mereka, Mauricio Pochettino turut hengkang karena melihat kesempatan dalam Tottenham Hotspurs yang dinilainya lebih menjanjikan.

Pemain tengah mereka, Steven Davis pun mengaku kaget dengan hal tersebut. ”Pada akhir musim, kami tahu satu atau dua pemain mungkin akan meninggalkan klub, tapi mungkin bukan banyak pemain yang melakukannya ‘, kata pemain yang berusia 29 tahun tersebut kepada talkSPORT.

Namun nyatanya, kepergian beberapa pemian inti tidak lantas membuat permainan Sotuhampton menurun. Manajemen klub mulai melakukan pembenahan dengan mendatangkan Ronald Koeman. Koeman dianggap sosok yang tepat karena filosofinya hampir serupa dengan klub dan tentunya percaya kepada pemain muda—Southampton dikenal sebagai penghasil pemain hebat dari akademinya.

Manajer asal Belanda tersebut lalu membuat beberapa kebijakan transfer dengan membuang Dani Osvaldo karena indisipliner dan mendatangkan beberapa nama seperti Dusan Tadic, Graziano Pelle, Shane Long, Sadio Mane, Fraser Forster dan Florin Gardos.

Pemain-pemain yang didatangkan pun dengan cepat beradaptasi dan mampu memberi dampak positif. Duet Long dan Pelle sudah mencetak total delapan gol dari 12 pertandingan, dengan nama kedua menyumbang enam gol dan dua assist.

Tadic di lini tengah pun juga menjadi pemain kunci yang tidak tergantikan bersama Schneiderlin. Tadic menjadi otak serangan dan terkadang memberi umpan-umpan nan mematikan. Tidak heran, pemain asal Serbia telah mengemas enam assist sejauh ini.

Kombinasi lini belakang pun tak kalah mematikan. Forster yang berdiri kokoh di bawah mistar baru kebobolan enam gol—terbaik dari seluruh tim Premier League. Peran back four juga tidak bisa ditampikan begitu saja, Adelweireld, Clyne, Jose Fonte dan Ryan Bertrand saling bahu membahu agar memudahkan pekerjaan Forster.

Walaupun Southampton sudah menuai hasil mengesankan hingga saat ini, namun sebenarnya saat memulai kompetisi Premier League, mereka mendapat hasil tidak amat bagus. Anak asuh Koeman harus tunduk dari klub yang telah mencuri tiga pemain kuncinya, Liverpool. Tidak tinggal diam, Southampton gantian mencuri tempat Liverpool musim lalu di klasemen.

Ujian sesungguhnya Southampton sebenarnya baru saja di mulai. Di sepuluh pertandingan ke depan, setidaknya The Saint harus menghadapi tim-tim besar. Sebut saja Manchester City, Arsenal, Manchester United, Everton, Newcastle United dan Chelsea.  Jika mereka mampu melewati bulan penuh prahara dari November akhir hingga Februari, maka bisa jadi Southampton menjadi salah satu tim yang berpeluang memenangi Premier League.

Mungkin benar peryataan Rooney tadi, Tuhan tidak hanya jadi juru selamat Ratu saja, namun Tuhan sekarang ini ingin menyelamatkan sekelompok orang yang meneruskan perjuangan para pendiri klub dari gereja St. Mary’s untuk melewati bulan-bulan krusial tersebut, seperti yang sudah Tuhan lakukan setelah eksodus besar-besaran. “God (maybe) Save the Saint”

Latest articles