aefanas

Kesombongan Seorang Ibrahimovic yang Selalu Bisa Dimaklumi

Ibrahimovic

Siapa sih diantara kalian yang senang dengan seorang dengan kesombongan luar biasa? Sepertinya nihil karena sifat yang satu ini seringkali dimaknai negatif dan secara jamak terselip dalam sebuah petuah dari orang-orang yang sudah mengenyam hidup terlebih dulu. Maka tidak heran jika kita merasa familiar dengan pepatah diatas langit, masih ada langit lainnya, dan itu sudah turun-temurun entah siapa nenek buyutnya.

Namun, petuah seperti itu tidak berlaku untuk seorang Zlatan Ibrahimovic, bahkan mungkin dirinya tidak pernah mendengarnya. Bukan berarti menjustifikasi sang pemain, namun semua orang yang mengerti sepak bola sudah paham akan kelakuannya. Mulai dari perkataan, sifat, sikap, perliaku di dalam maupun di luar lapangan, serta saat menjawab pertanyaan wartawan, semuanya serba dilakukan dalam keadaan sombong secara sadar dan tanpa paksaan.

Sebagai contoh adalah saat Inter Milan memenangi tiga Scudetto beruntun sejak hijrah dari Juventus pada tahun 2006 silam. Ibra dengan sombong luar biasa mengklaim jika dirinya merupakan aktor tunggal dalam kesuksesan Inter pada waktu itu. Rekan setimnya, Marco Materazzi pun sempat geram dengan pernyataannya dengan menyebut Ibra hanyalah secuil bagian kesuksesan Inter.

Di lain waktu dan kesempatan, Djibril Cisse pun senada dengan Materazzi. Walaupun belum pernah bermain bersama Ibra, namun Cisse menyayangkan sikap besar kepala sang pemain. “Saya bukan penggemar Ibra. Ia besar kepala dan tidak rendah hati. Hanya karena seorang pemain tampil luar biasa, tidak berarti ia harus memandang rendah orang lain dan menunjukkan kurangnya rasa hormat pada seseorang yang mungkin tak memiliki talenta,” tutur Cisse pada Le Parisien.

Pernyataan Cisse tersebut seakan menjadi kenyataan saat Paris Saint-Germain menghadapi St. Etienne pada beberapa waktu lalu. Ibra yang saat itu tengah beradu argumen dengan Paul Baysse, tiba-tiba bertanya kepada Baysse,”Who are you?” sembari mengecak nama sang pemain di jerseynya. Pernyataa ini seperti menyiratkan jika penyerang PSG tersebut sebagai pemain besar dan memandang sebelah mata lawannya.

Sebenarnya masih banyak kesombongan-kesombongan sang pemain yang tidak mungkin bisa tuntas dalam satu artikel ini. Setidaknya perlu satu buku untuk merangkum sikap-sikap nyleneh nan kelakuan ajaibnya. Namun bagaimana pun, Ibra tidak bisa dielakkan lagi tetap seorang pemain besar yang mampu membuktikan segala omongannya. Jika dalam bahasa jawa, kata sembada mungkin sangat cocok untuk menggambarkannya di mana antara perkataan besarnya terdapat prestasi yang mengikutinya.

Prestasi memang sangat lekat dan tidak bisa lepas dari sosok Ibra. Jika menilik prestasinya, setiap tim yang pernah dibelanya selalu memenangkan piala di liga masing-masing. Ajax pernah dibawanya menjuarai Eredivise sebanyak dua kali, Juverntus dengan dua Scudettonya (walaupun keduanya dicabut karena skandal calciopoli), hat-trick scudetto bersama Inter Milan, menjuarai La Liga bersama Barcelona, satu scudetto dengan AC Milan, dan terakhir Ligue 1 bersama PSG.

Tidak hanya itu, Ibra seringkali melakukan gol-gol yang tidak biasa. Pemegang sabuk hitam taekwondo ini kerap kali melakukan aksi akrobatik seperti salto maupun backheel yang tidak bisa diprediksi oleh kiper lawan. Decakan kagum pun seakan selalu terpancar dari penonton setiap melihat aksi-aksi ajaibya di atas lapangan.

Dua faktor tersebut sepertinya sudah cukup untuk membuat dirinya dicintai oleh para penggemar sepak bola. Namun, seorang Ibra tidak pernah puas dengan beberapa faktor itu saja. Maka, dengan heroiknya, dia menambah faktor lainnya yang menunjukan bahwa seorang Ibra juga mempunyai sikap dan sifat humanis—walaupun sering menghina lawannya yang sama-sama manusia.

zlatan-ibrahimovic-psg-world-food-programme-ligue-1_3265040

Hal ini ditunjukan saat Ibra melakukan selebrasi atas golnya ke gawang Caen pada beberapa hari lalu. Dengan cueknya, dia melepas seragam dan merentangkan tangannya sembari menunjukan sebuah pesan ke seluruh dunia. Ya, badan besarnya itu dia relakan untuk tempat tato  bertuliskan 50 nama orang yang kelaparan di seluruh dunia.

“Saya menato 50 nama secara temporer di tubuh saya. Mereka adalah nama-nama dari orang sungguhan yang mengalami kelaparan di seluruh penjuru dunia,” ujar Ibra seperti dilansir AFP

“Ke mana pun saya pergi, orang mengenali saya, mendukung saya. Tapi ada banyak nama yang terlupakan; 805 juta orang yang menderita kelaparan di seluruh dunia. Saya punya banyak pendukung dari seluruh dunia, sekarang saya berharap mereka juga membantu orang yang kelaparan,”

Pernyataan tersebut sarat emosi dan seolah menyadarkan dunia jika diatas gemerlapnya industri sepakbola dengan gaji gila-gilaan, masih ada orang-orang kelaparan di belahan bumi lainnya.

Jadi apakah kita bisa membenci seorang Zlatan Ibrahimovic? Mungkin Ibra akan berkata,”Zlatan tidak akan pernah dibenci #DaretoZlatan,” tentu dengan gaya congkaknya.

Latest articles