Semoga dapat kembali berkibar bulutangkis Indonesia.
Indonesia memang meraih dua gelar juara di Taipei, beberapa hari lalu. Namun, bukan hanya hal tersebut yang menjadi sorotan, melainkan kiprah pemain-pemain muda Indonesia yang mengikuti turnamen ini. mereka berhasil menunjukkan kelas dan mengirimkan sinyal kepada negara lain bahwa Indonesia siap berprestasi kembali seperti tahun 1980-an.
Anthony Ginting misalnya. Anthony yang berperingkat 333 dunia menjadi harapan Tunggal Putra Indonesia yang sempat menurun sepeninggalan Taufiq Hidayat. Tommy Sugiarto memang sempat diproyeksi jadi penerus Taufiq, tapi performa yang angin-anginan membuat Anthony sekarang jadi pusat perhatian, terutama setelah dia membuat kejutan di Taipei, dengan menaklukan Tien Chen Chou, beberapa hari lalu.
Anthony, pemain asal klub SGS PLN Bandung ini merupakan peraih medali perunggu BWF World Junior Championships 2014 yang masih berusia 18 tahun. Berlaga di turnamen kelas dewasa selevel Grand Prix Gold ternyata tak membuat Anthony gentar. Meskipun harus merangkak dari babak kualifikasi, Anthony mampu melewati satu demi satu rintangan.
Di sektor Ganda Putra, Indonesia tidak hanya memiliki Ahsan/ Hendra atau Kido/ Gideon. Harapan selanjutnya berasal dari sang juara, Hendra/ Andrei dan Wahyu Nayaka/ Ade Yusuf yang berhasil mengejutkan dunia dengan menaklukan pasangan nomor enam dunia asal Taipei, Lee/ Tsai. Selain mereka berdua, masih ada pasangan muda Selvanus Geh/ Kevin Sanjaya yang terlihat menjanjikan.
Ganda Putri menjadi ancaman bagi Tiongkok dan Korea sekarang. Indonesia yang berhasil merebut gelar di Tiongkok melalui Greysia/ Nitya, juga merebut gelar juara di turnamen sebelumnya melalui Vita Marissa/ Shendy Puspa. Selain itu, masih ada pasangan muda Nadia Melati/ Dian Fitriyani yang berhasil melenggang sampai babak semifinal di Taipei Open, sebelum dihentikan Wang Xiaolin/ Yu Yang.
Talenta segudang dimiliki sektor Ganda Campuran. Tantowi Ahmad/ Lilyana Natsir yang baru mencapai Golden Age, masih memiliki pasangan kakak-adik, Kido/ Pia Zebadiah, sebagai pelapis mereka berdua. Selain itu, pasangan senior-junior, Greysia Polii/ Kevin Sanjaya, yang lebih dulu tampil memukau di beberapa turnamen menjadi ancaman lain. Selain mereka bertiga, masih ada runner up Taipei Open, Alfian/ Annisa, dan pasangan Pelatnas, Ronald Alexander/ Melati Daeva.
Indonesia memang memiliki banyak pemain-pemain muda potensial. Namun, jika pemain muda tersebut jarang mendapat kesempatan bertanding, kesempatan dia untuk menjadi pemain bintang sangatlah kecil. Maka dari itu, langkah PBSI menurunkan pemain-pemain muda di turnamen sekelas Grand Prix dan Grand Prix Gold sangatlah bagus, dan diharapkan banyak pemain-pemain potensial yang bisa bersinar di level dunia.
Penulis: Fauzi Ananta