Pembahasan di artikel ini
Tidak ada cara yang lebih klise untuk membuka tulisan ini kecuali: tak terasa kita kembali berada di penghujung tahun.
Faktanya, sekarang kita sudah berada di Desember 2016. Seperti tradisi yang dilakukan oleh banyak pihak, akhir tahun adalah waku yang paling tepat untuk melakukan retrospeksi.
Ada banyak cara, tetapi tersapa bekerjasama dengan Ngepop sudah memilih untuk membakukan satu di antaranya: daftar terbaik bertajuk #SpectacularTen.
Mulai tahun ini #SpectacularTen bakal berwujud hashtag (tagar) dengan artikel yang sebagian diunggah di tersapa dan sebagian di Ngepop. Tujuannya sederhana, yaitu supaya mudah melakukan tracking.
Vlogger YouTube Terbaik menjadi tulisan #SpectacularTen perdana untuk 2016, sebab daftar ini dikeluarkan di hari yang sama YouTube Rewind dirilis oleh YouTube.
Dan vlog dipilih–alih-alih challenge, tag, atau trend, dsb–karena lewat medium inilah bisa ketahuan seorang kreator punya nilai lebih apa yang ditawarkan.
Sejujurnya, tahun 2016 bukanlah tahun yang menggembirakan bagi para vlogger maupun calon vlogger. Ada beberapa nama besar yang mengumumkan “pensiun” dari daily vlogging, ada yang tidak mengunggah sama sekali, bahkan bermunculan banyak vlogger yang memberikan konten sampah alias tidak layak konsumsi.
Kondisi ini cukup bertolakbelakang dengan apa yang terjadi di (setidaknya) 2015 atau 2014. Kala itu vlog global sedang berada di salah satu tahun terbaiknya, bahkan 2015 bisa disebut sebagai “inisiasi” bermunculannya vlogger Indonesia secara masif.
Kondisi yang terjadi pasca tutup tahun dan mengawali “harapan baru 2016”, justru banyak audiens dan kreator yang melancarkan misi aji mumpung. Ada kreator yang tega menggelontorkan video tanpa value, ada pula audiens yang kekeuh membela kreatornya walau mereka tahu betul bahwa apa yang dikonsumsi tidak sebanding dengan pengorbanan waktu yang telah dilakukan.
Namun, #SpectacularTen tidak mau terpancang di momen “mengerikan” dan “menyedihkan”. Ini adalah kesempatan untuk mengapresiasi hal-hal positif yang telah disuguhkan oleh 2016. Jadi, tanpa berpanjang lebar, inilah daftar #SpectacularTen 10 vlogger YouTube terbaik 2016!
#10. PJ
Pemilihan posisi #10 selalu saja menimbulkan kegamangan, saya sebelumnya mempertimbangkan nama-nama seperti Josh Katz, John & Hank Green, Mark Upson, Frankie Rosie, Rhys Pickering, Tom Daley, hingga Nerdy and Quirky. Namun akhirnya PJ dari KickThePJ-lah yang paling layak menembus daftar.
Ada kalanya ketika kita nonton video di YouTube, akan muncul rasa cemburu pada production design–background, pencahayaan, tata letak–yang ada. Ditambah, PJ memiliki kemampuan animasi dan editing yang mumpuni. Karena berbagai faktor “magis” itulah kadang muncul juga pikiran, “Bahkan ini terlalu artsy kalau disebut vlog.”
Di banyak videonya, PJ seringkali mengungkapkan hal-hal ajaib yang kadang bikin kita iya-iya saja, baik itu kenyataan atau hanya dari rekaan dunia imaninasinya. Menyaksikan vlog PJ semacam menyesap asupan spiritual untuk para nerd–atau rela menjadi nerd.
#9. iJustine
iJustine menjadi satu-satunya perempuan yang ada di daftar ini.
Bukan karena bias gender, tetapi vlogger lain banyak yang terjebak pada rutinitas monoton. Paling banyak berada di kubangan beauty vlog maupun traveling. Tetap ada yang berani melakukan variasi, semacam Sara Dietschy di lini dunia kreatif (desain), atau Nerdy and Quirky dengan berbagai hal serius yang dibahas ringan, tetapi mereka belum bisa berada di sepuluh besar. Sedangkan iJustine itu lain.
Kita akan melihat sosok perempuan yang eksentrik dengan berbagai keputusan impulsifnya. Ya, dia memperoleh popularitas karena dianggap sebagai geek teknologi, dan itulah yang menjadi basisnya.
Penonton bakal dibuat tergeleng-geleng ketika dalam satu tahun dia bisa berkali-kali membeli perangkat keras termutakhir–terutama produk Apple dan drone–uniknya, dia tidak menunjukkan aura bahwa dia ingin pamer. iJustine menampilkan dirinya di kamera sebagai orang biasa dengan beragam kecerobohannya. Pun dia tidak pernah muluk-muluk dalam menunjukkan skill editing maupun filmmaking–toh dia mampu mengutarakan maksud secara verbal dengan apa adanya, which is good.
#8. Calvyn Justus
Apa jadinya kalau atlet punya channel YouTube dan kebetulan kontennya adalah vlog?
Kita bisa berburuk sangka: jangan-jangan kontennya bakal menjadi itu-itu saja dengan kualitas yang seadanya. Kekhawatiran ini memang mungkin terjadi, untungnya hal tersebut tidak menimpa Calvyn.
Dia adalah vlogger asal Afrika Selatan dan kebetulan juga seorang atlet renang. Di 2016 ini dia menjadi bagian dari tim Olimpiade Rio. Dari kontinuitas vlognya kita bisa tahu progresnya sudah sejauh mana dan fase apa saja yang harus dijalani.
Karena dia atlet, otomatis mayoritas konten vlognya didominasi oleh sesi latihan. Namun, Calvyn tidak membiarkan audiens-nya merasakan kebosanan. Dia adalah seorang natural visual-storyteller.
Berbagai sekuens yang dibidiknya–ketika perjalanan, latihan, maupun berinteraksi dengan orang-orang di dekatnya–adalah visual yang memanjakan. Apalagi kalau dia sudah mengeluarkan jurus rahasianya: slow motion lengkap dengan aspect ratio wide-screen.
Tunggu sampai kamu menyaksikan sendiri bahwa Calvyn juga seorang vlogger yang humoris dengan celetukan-celetukan spontannya.
#7. Erix Soekamti
Saya tidak mengikuti Endank Soekamti sebagai group musik. Namun jelas, saya mengikuti Erix sebagai seorang vlogger Indonesia yang menawarkan “pembeda” di tengah banyaknya keseragaman.
Pembeda yang ditawarkannya pun sebenarnya tidaklah ekstrem: ketika banyak vlogger baru yang cenderung menjadikan YouTube sebagai ajang pamer, Erix menjadikan channel-nya sebagai ajang penawaran perspektif. Untung saja, dia didukung oleh berbagai sumber daya di sekitarnya yang semakin mantap dalam membungkus “sajian”–terutama bidikan gambar dan editing.
Menyaksikan Erix itu saya kira semacam menyaksikan Casey Neistat. Dia adalah vlogger yang apa adanya dan bisa dibilang idealis untuk mencapai tujuan yang dianggap baik.
Sejak mengetahui bahwa Erix membuat Diary of Erix Soekamti (DOES)–di Pinasthika 2015–saya langsung bersemangat karena dia konsisten menunjukkan bagaimana seharusnya channel YouTube itu digarap–kepada penonton Indonesia–dan bagaimana memperlakukan audiens-nya.
#6. Josh Sobo
Josh lebih dikenal karena tergabung dalam channel kolektif bernama Settle Down Kids alias SDK. Ketika berada di dalamnya, dia termasuk yang paling jarang mengeluarkan “siapa dia” sebenarnya. Hingga akhirnya di 2016, kita bisa menyaksikan Josh yang SANGAT ASYIK!
Kebetulan menjelang musim panas, Josh memutuskan untuk membuat daily vlog. Memang jangka waktunya kala itu masih tidak tahu sampai kapan–di kemudian hari daily vlog-nya hanya sampai libur musim panas berakhir.
Dia adalah pencerita yang sangat baik dan dia adalah sosok yang berorientasi pada proses yang dijalani. Menyaksikan vlog Josh tahun ini membuat audiens dan dia sendiri bisa mengamati dan menikmati proses secara beriringan.
Kita tahu bahwa dia tidak memulai daily vlog dengan modal alat yang mencukupi–bahkan sampai pinjam kamera dulu–lalu dia beli perangkat pendukung perekaman satu demi satu, kita melihat kameranya bermasalah beberapa kali, mengikuti perjalanan hingga dia membeli drone, hingga mengetahui bagaimana atmosfer serta ritme pergaulannya bersama teman-temannya–dan mereka pun melakukan road-trip membelah Amerika.
Pikiran spontan yang terbesit pasca mengikuti Josh lewat video adalah: saya mau jadi temanmu!